Opini oleh Muhamad Zen
****************
AROMA kopi kini menjadi Nomenklatur politik saat ini. Bahkan ada partai politik memakai jargon kopi dengan istilah baru yaitu Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) yang kini menjadi istilah yang bernaung dalam bingkai politik kita, kopi merupakan pengikat rasa yang dapat mengekspos cerita berkaitan dengan isu sosial, politik dan budaya.
Mari kita bahas Suasana tak nyaman diruang ganti sang manager dalam menghadapi perhelatan kompetisi pemilihan manager baru dengan tiga seruputan kopi, (tige irop kupi, bahasa Bangka)
Seruputan pertama
Disaat pion di korbankan untuk menjawab langkah yang salah dari sang manajer pasti telah mengisyaratkan bahwa para perwira yang ada telah terbelah dan berpotensi khianat. Para perwira ini sudah mulai berhitung setelah selama ini bersama sang manajer dan mengetahui hitam putih kotak langkah yang telah dilalui. Artinya loyalitas mulai memudar dan hampir terkoyak hingga pion lah yang masih lantang membela sang manajer walau semua orang tahu kapasitas sang pion.
Sejatinya pion tidak pernah masuk ke dalam ruang ganti, hingga setiap langkahnya selalu menjadi alat candaan para perwira. Karena langkah pion terbatas hanya dua langkah saja sehingga apa yang dilaporkannya ke sang manajer tidak sesuai dengan kenyataannya. Bahkan niat dan tindakannya bisa mengancam singgasana sang manajer. Dan pion pun selalu meratapi nasib dan perannya, sementara untuk menjadi perwira sangat tidak mungkin dan hampir mustahil.
Seruputan kedua
Ringan legit pahitnya seruputan kedua ini telah membuktikan bahwa kopi bituah dapat mematik nalar intuisi hingga menuntun jejari dalam menyelesaikan opini ini. Ya akhirnya kita semua paham bahwa potret ini telah memberitahukan kepada khalayak bahwa ada kepanikan di dalam ruang ganti.
Genggaman yang kuat ternyata mempercepat gerbong terseret dan jatuh ke dalam jurang, karena panik sang manajer telah hilang kendali dan memilih akar yang rapuh dan akhirnya jatuh. Begitu nyata dan melekat di pandangan sang manajer segala khilaf dan khianat yang telah dilakukannya, begitu banyak kedustaan bahkan mengorbankan orang yang tak berdosa hanya untuk melengkapi syahwat nya.
Seruputan ketiga
Hangat dan benar – benar memberi nuansa baru dalam pengayaan rasa dan sensasi kopi bituah. Kini pemilihan manajer baru akan segera dimulai, bukan hanya bermunculan wajah baru dan spekulan kuasa, akan tetapi abang – abang dan ayuk – ayuk yang masih peduli pun bersiap untuk berkompetisi. Dengan niat mengembalikan marwah kota tercinta yakni Pangkalpinang.
‘Marwah’, kata yang saat ini tampaknya menjadi hits. Bahkan kata Marwah saat ini sepertinya menjadi sebuah kata keramat yang ditakuti oleh segelintir orang. Mengapa demikian? Akibat dari jargon salah satu bakal calon, kata Marwah akhirnya memunculkan opini sebagai sebuah kepanikan bagi sebagian yang lainnya.
Akibat ingin mengembalikan Marwah kota Pangkalpinang akhirnya para abang – abang dan ayuk – ayuk kota Pangkalpinang terpanggil untuk ikut berkompetisi untuk kemajuan kota Pangkalpinang. Keterpanggilan hati para abang-abang dan ayuk-ayuk ini di sambut hangat oleh para sahabat ASN lokal yang punya potensi tanpa relasi. Kesepakatan tak tertulis pun hadir ingin memperbaiki tata kelola birokrasi berbasis kinerja dan bukan nepotisme.
Terakhir, tentunya perhelatan kompetisi memilih manajer baru ini haruslah dapat memberi harapan bagi masyarakat Pangkalpinang, angka harapan hidup di kota Pangkalpinang harus meningkat seiring dengan peningkatan standard keinsanan masyarakat. Pangkalpinang adalah rumah kita semua, Pangkalpinang harus mampu menghadirkan kenyamanan dan bukan bualan. Budaya nya terpelihara dengan adat melayu yang saling hormat dan menghormati dan menjunjung nilai – nilai moral.
Yooo selamatkan Pangkalpinang
Yooo bangun Pangkalpinang
Yooo Kembalikan Marwah kota Pangkalpinang
Jangan lupa ngopi!!!