Oleh Muhamad Zen
Pangkalpinang Babelku.com – DEWAN yang terpilih karena Money Politics mintalah di kantet petir, begitulah inti dari narasi yang tersemat pada spanduk-spanduk oleh Aliansi Masyarakat Terzolimi (ALMASTER) dan Pondok Aspirasi Bangka Belitung yang telah tersebar di beberapa titik strategis di seputaran kota Pangkalpinang. Gaung dari ALMASTER kepada masyarakat dengan tendensi hadirnya pemilu yang jujur, adil dan bermartabat.
Akrobat diri ala calon politisi dalam mensosialisasikan dirinya dilakukan dengan cara-cara kuno dan menjijikkan demi perolehan dukungan dari pemilih, tak jarang cara-cara kurang bermartabat yakni, “politik duit” pun mereka lakukan. Ketabuan pun kini menjadi biasa di tengah masyarakat kita dengan beranggapan bahwa pesta demokrasi itu adalah merayakan pesta satu hari saja, sungguh prihatin melihat kondisi penggerusan integritas yang terjadi di mayoritas pemilik daulat. Sebagai Koordinator ALMASTER penulis berpendapat bahwa kondisi demokrasi kita saat ini sedang memprihatinkan, dimana money politic dianggap hal yang logis hingga menjadi kelaziman lima tahunan di masyarakat kita, masyarakat belum sepenuhnya sadar akan bahaya dari money politic bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Mustahil akan mendapatkan wakil rakyat yang amanah jika dalam berkompetisi mendapatkan kekuasaan dilakukan dengan cara melukai demokrasi, Caleg yang terpilih karena politik uang akan berpeluang untuk melakukan korupsi saat terpilih nantinya. sebab, transaksi politik dengan uang akan mempengaruhi mereka untuk menyalahgunakan kekuasaan yang diperoleh untuk mengembalikan uang mereka yang telah digunakan selama kampanye, semakin besar uang yang digunakan untuk money politik maka akan semakin besar uang rakyat yang akan dikorupsi setelah mereka terpilih.
Lewat tulisan ini saya mengingatkan para Caleg yang bertarung pada Pileg 2024 mendatang agar tidak melakukan money politic, sebab, jual beli suara sangat rumit dan tingkat keberhasilannya tidak bisa diprediksi, belum lagi politik uang juga belum tentu menjadi jaminan akan memperoleh kemenangan dalam kontestasi pemilu. Caleg yang melakukan money politic dengan jual beli suara tak ubahnya melakukan perjudian dan menjadikan dirinya sebagai pengkhianat demokrasi.
Namun yang lebih anehnya lagi bahwa saat ini didapati faktanya bahwa para pemilih seolah-olah menikmati hasil dari money politics dan kebanyakan dari mereka menganggap hal itu sesuatu yang lumrah dan bukan menjadi hal yang salah, padahal martabat kita sudah tertukar dengan uang yang kita terima dari Caleg. Sementara para anggota dewan terpilih merasa tidak terbeban kepada pemilih karena mereka menganggap suara masyarakat telah mereka beli saat terjadi transaksi jual beli suara saat pemilu.
Kini…. kedaulatan rakyat kembali akan diuji, apakah kita harus melacurkan integritas kita selaku pemegang daulat? Atau sebaliknya, kita dituntut untuk tetap Istiqomah menjunjung tinggi marwah pemegang daulat.
Mulai saat ini tandai mereka-mereka yang mencoba menipu kita dengan pesta satu hari sementara mereka pesta setiap hari selama lima tahun, para Caleg yang beternak uang sedang gentayangan dengan mendatangi para pemilih bodoh dan dungu yang suaranya bisa mereka beli pada 14 Februari mendatang, sekali lagi saya ingatkan tandai mereka-mereka yang mencoba untuk menipu kita dengan pesta satu hari, “Stop Money Politic, Tolak Uangnya, Jangan Pilih Orangnya dan Laporkan Pelakunya”.
#Tahun Baru
#Pemimpin Baru