Opini Oleh Muhamad Zen
FENOMENA geng motor di Indonesia semakin meresahkan, terutama di kota-kota besar, termasuk Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Bangka Belitung. Beberapa waktu lalu, masyarakat Pangkalpinang dihebohkan dengan kemunculan geng motor yang melibatkan siswa SMP dan SMA. Gerak cepat aparat kepolisian Polda Babel dan jajarannya berhasil mengamankan beberapa kelompok geng motor serta mengadakan deklarasi pembubaran di Polresta Pangkalpinang. Menindaklanjuti hal tersebut, Kapolda Babel menginstruksikan setiap polres dan polsek di wilayah hukum Polda Babel untuk menggelar deklarasi anti-geng motor yang melibatkan Forkopimda setempat.
Namun, perlu kita kaji lebih dalam, apa sebenarnya penyebab utama munculnya geng motor, khususnya di Pangkalpinang dan Bangka Belitung, serta di daerah lain di Indonesia?
Faktor Penyebab Munculnya Geng Motor
Fenomena geng motor tidak serta-merta merupakan kesalahan para remaja. Pada usia mereka, wajar jika masih dalam proses mencari jati diri. Namun, masalah ini juga dipengaruhi oleh kurangnya kepedulian pemerintah dan aparat keamanan terhadap persoalan sosial di masyarakat.
Selain faktor sosial dan lingkungan, pengaruh media sosial dan penggunaan gadget yang tidak terkendali menjadi salah satu pemicu utama maraknya geng motor. Remaja dengan mudah mengakses konten-konten negatif, termasuk aksi geng motor yang mereka anggap keren dan menantang. Akibatnya, banyak dari mereka mencoba meniru tren di media sosial tanpa memahami konsekuensi hukum dan sosialnya.
Minimnya pendidikan karakter di sekolah juga memperparah situasi. Saat ini, guru yang seharusnya menjadi pendidik lebih banyak berperan sebagai pengajar akademik tanpa menanamkan nilai-nilai budi pekerti. Hal ini bukan sepenuhnya kesalahan guru, karena banyak dari mereka yang enggan mendisiplinkan siswa akibat khawatir dengan aturan hukum yang bisa mengancam mereka. Risiko dilaporkan oleh orang tua semakin memperburuk keadaan. Sementara itu, pemerintah daerah tampak kurang peduli terhadap perkembangan generasi muda.
Jika pemerintah benar-benar peduli, perhatian terhadap remaja seharusnya dimulai dari tingkat paling bawah, yakni RT/RW. Sebagai struktur pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, sering kali RT/RW kurang peka atau bahkan tidak peduli dengan kondisi lingkungan mereka. Mereka mungkin merasa tugas mereka hanya sebatas mengusulkan pembangunan infrastruktur, padahal potensi masalah sosial seperti geng motor juga seharusnya menjadi perhatian.
Pertanyaannya, apakah dalam setiap pertemuan dengan lurah, masalah kenakalan remaja pernah dibahas? Jika belum, ini menjadi tanda kurangnya perhatian terhadap perkembangan sosial masyarakat.
Dinas Pendidikan dan instansi terkait lainnya juga perlu dikritisi perannya dalam mengatasi fenomena geng motor. Kurangnya kepedulian dari berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, membuat masalah ini berkembang tanpa pencegahan dini. Jika kita menyadari adanya “rumput liar” di sekitar tanaman, seharusnya kita mencabutnya sejak dini agar tidak merusak tanaman utama. Sayangnya, yang sering terjadi adalah kita baru bertindak setelah masalah menjadi besar.
Meski demikian, apresiasi tinggi patut diberikan kepada Kapolda Babel dan jajarannya yang bergerak cepat menangani maraknya geng motor. Tindakan preventif yang telah diterapkan dalam pembubaran geng motor memang patut diapresiasi. Namun, jika pelaku yang sama masih melakukan tindakan serupa, maka pendekatan reaktif akan diperlukan. Ke depan, fungsi intelijen di kepolisian perlu lebih dioptimalkan untuk mendeteksi potensi munculnya geng motor sejak dini.
Selain itu, peran Bhabinkamtibmas di setiap kelurahan dan Babinsa dari TNI harus diperkuat agar dapat lebih aktif memonitor wilayah masing-masing serta lebih peka terhadap potensi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Dengan koordinasi yang baik antara pemerintah, aparat keamanan, tenaga pendidik, serta masyarakat, diharapkan fenomena geng motor di Pangkalpinang dan daerah lainnya dapat dicegah sebelum berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
Strategi Pencegahan yang Lebih Komprehensif
Agar fenomena geng motor tidak semakin berkembang, diperlukan strategi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Tidak cukup hanya dengan tindakan represif dari aparat kepolisian, tetapi juga harus ada upaya pencegahan dini melalui pendekatan sosial, pendidikan, dan pembinaan karakter remaja.
Peran Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk karakter anak. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan perhatian lebih kepada anak-anak mereka, terutama dalam mengawasi pergaulan dan aktivitas di luar rumah. Pola asuh yang penuh kasih sayang, komunikasi yang baik, serta penanaman nilai moral dan agama sejak dini dapat menjadi benteng kuat agar remaja tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
Di era digital saat ini, tantangan semakin besar karena banyak orang tua yang sibuk bekerja dan kurang meluangkan waktu untuk anak-anak mereka. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran kolektif untuk membangun lingkungan yang lebih peduli terhadap perkembangan remaja, misalnya dengan membentuk kelompok orang tua peduli remaja di tingkat RT/RW.
Peran Sekolah
Sekolah harus kembali berperan sebagai lembaga pendidikan karakter, bukan sekadar tempat mengejar nilai akademik. Upaya yang bisa dilakukan, antara lain:
– Penguatan pendidikan karakter dalam kurikulum, agar siswa memiliki kesadaran moral yang kuat.
– Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler yang positif seperti olahraga, seni, dan kepemimpinan, agar siswa memiliki wadah untuk menyalurkan energi dan kreativitas mereka secara konstruktif.
– Penerapan sistem reward and punishment yang adil dan tegas, sehingga siswa memahami konsekuensi dari setiap tindakan mereka.
– Peningkatan koordinasi antara sekolah dan orang tua melalui forum komunikasi rutin untuk membahas perkembangan siswa.
Peran Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah harus lebih proaktif dalam menangani masalah kenakalan remaja, tidak hanya mengandalkan aparat keamanan. Beberapa kebijakan konkret yang dapat diterapkan, di antaranya:
– Membangun lebih banyak ruang publik yang ramah remaja seperti taman, lapangan olahraga, dan pusat kreativitas anak muda.
– Menyediakan program pembinaan dan pelatihan keterampilan bagi remaja yang putus sekolah atau tidak memiliki kegiatan produktif.
– Melakukan sosialisasi dan edukasi secara berkala tentang bahaya geng motor, narkoba, dan perilaku kriminal lainnya.
Peran Aparat Keamanan
Meskipun tindakan tegas terhadap geng motor sudah dilakukan, langkah ini tetap harus diimbangi dengan upaya pencegahan yang lebih sistematis. Beberapa langkah yang bisa diambil, antara lain:
– Meningkatkan patroli rutin di titik-titik rawan tempat remaja sering berkumpul.
– Melibatkan tokoh masyarakat, ormas, dan tokoh agama dalam pendekatan persuasif kepada remaja yang terindikasi terlibat geng motor.
– Mengembangkan program polisi sahabat anak dan remaja, di mana kepolisian memberikan edukasi langsung ke sekolah-sekolah mengenai hukum dan dampak kriminalitas.
Kesimpulan
Fenomena geng motor di Pangkalpinang bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan akibat dari berbagai faktor, mulai dari lingkungan keluarga, pendidikan, hingga kurangnya perhatian pemerintah dan aparat terhadap perkembangan sosial masyarakat. Oleh karena itu, solusi terbaik bukan hanya dengan tindakan tegas, tetapi juga dengan pendekatan preventif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Jika semua pihak berperan aktif, mulai dari keluarga, sekolah, pemerintah, hingga aparat keamanan maka generasi muda dapat tumbuh dalam lingkungan yang lebih positif dan jauh dari pengaruh negatif geng motor. Ini bukan hanya tugas polisi atau pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita.
Penulis :
Muhamad Zen Aktivis Muda Bangka Belitung, jebolan UGM (Universitas Gunung Maras) Fakultas Ilmu Politik Perkeliruan.
Ia juga aktif di berbagai organisasi dan memegang jabatan penting diantaranya: Ketua Harian Ormas Laskar Merah Putih Indonesia Markas Daerah Provinsi Bangka Belitung (LMPI MADA BABEL), Sekretaris Pondok Aspirasi Bangka Belitung, Ketua Relawan Massa Prabowo (MAS BRO) DPW Bangka Belitung dan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Team Operasional Penyelamatan Aset Negara Republik Indonesia (LSM TOPAN-RI ) DPW BABEL.
Selain itu, Zen juga aktif di dunia jurnalistik, kini Ia bergabung di Kantor Media Online (KBO) Bangka Belitung, di organisasi pers Ia menjabat sebagai Sekretaris Pro Jurnalis Media Siber (PJS) DPD BABEL Ia juga pernah bekerja di berbagai perusahaan media lokal dan nasional baik itu media cetak maupun media online.
Zen juga sering menulis berbagai opini, sesekali tulisan kelahiran lubuk besar 12 Mei 1980 Alumni Universitas Gunung Maras ini juga berceloteh soal politik lokal dan kritik sosial.
Catatan Redaksi :
————————————
Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan atau keberatan dalam penyajian artikel, opini atau pun pemberitaan tersebut diatas, Anda dapat mengirimkan artikel dan atau berita berisi sanggahan atau koreksi kepada redaksi media kami, sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (11) dan ayat (12) undang-undang No 40 tahun 1999 tentang Pers.
Berita dan atau opini tersebut dapat dikirimkan ke Redaksi media kami melalui email atau nomor whatsapp seperti yang tertera di box Redaksi.