Pangkalpinang, Babelku.com – Aura ketegangan bercampur kehangatan terasa ketika Forum Bangka Belitung Menggugat (BBM) menggelar audiensi dengan jajaran manajemen PT Timah Tbk pada Jumat (3/10/2025). Pertemuan yang berlangsung di ruang sekretariat corporate perusahaan itu tidak sekadar ajang seremonial, melainkan momentum krusial menyampaikan rekomendasi strategis tentang masa depan tata kelola pertimahan di Negeri Serumpun Sebalai.
Forum BBM, yang datang dengan barisan lengkap dipimpin Ketua Hangga Oftafandany, membawa enam rekomendasi keras. Poin-poin itu dianggap sebagai jalan keluar dari benang kusut tata kelola timah yang selama ini dinilai sarat kepentingan mafia tambang, penyelundupan, dan lemahnya penegakan hukum.
“Langkah ini bukan sekadar kritik, tapi bentuk tanggung jawab moral kepada masyarakat Babel sekaligus komitmen menjaga kedaulatan bangsa,” ujar Hangga dengan suara bergetar namun tegas.
Enam Rekomendasi Tegas
Pertama, Forum BBM mendesak pemerintah menutup seluruh jalur penyelundupan timah. Menurut mereka, selama celah ekspor ilegal tetap terbuka, negara akan terus merugi dan PT Timah tak pernah berdaya melawan jejaring mafia.
Kedua, mereka menuntut langkah hukum tegas berupa pemidanaan dan penyitaan terhadap penjarah Izin Usaha Pertambangan (IUP). “Tanpa penegakan hukum yang konsisten, PT Timah akan terus dilemahkan,” tegas Hangga.
Ketiga, forum menolak segala bentuk kompromi harga dengan penyelundup maupun penjarah timah. Negosiasi, menurut mereka, justru melanggengkan praktik mafia tambang.
Keempat, Forum BBM memperingatkan agar negara tidak tunduk pada modal besar. “Mafia tambang sudah lama bercokol dengan jaringan kuat. PT Timah dan pemerintah harus hadir dengan kewibawaan penuh,” ujar Dewan Penasehat Forum BBM, Tanwin.
Kelima, mereka menolak kebijakan pasokan bijih timah ke perusahaan hilirisasi di Batam. Bagi Forum BBM, keputusan itu hanya menjadikan Babel sebagai lumbung bahan mentah tanpa manfaat ekonomi langsung. “Hilirisasi harus di Babel, agar lapangan kerja tercipta dan ekonomi daerah bergerak,” tambah Tanwin.
Keenam, transparansi dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Timah ditegaskan harus menyentuh masyarakat secara nyata. Forum BBM menuntut publikasi data alokasi dan penerima, dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal, penguatan masyarakat, dan pemulihan lingkungan.
Mengutip Amanah Konstitusi
Dalam diskusi, Tanwin kembali mengingatkan landasan konstitusional. “Sesuai amanah UUD 1945 pasal 33, kekayaan sumber daya alam digunakan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” katanya dengan nada penuh tekanan. Ia menegaskan, pertimahan di Babel akan kehilangan makna jika tidak berbuah kesejahteraan nyata.
Suasana audiensi berlangsung akrab namun sarat dinamika. Di satu sisi, Forum BBM tampil kritis dengan data dan argumentasi, sementara di sisi lain, manajemen PT Timah berupaya membuka ruang dialog. Pihak manajemen, yang diwakili Reva, Haryoko, dan Nurino, menyimak dengan seksama setiap poin rekomendasi yang dilontarkan forum.
Tensi Sosial di Balik Timah
Pertemuan ini merefleksikan ketegangan sosial-ekonomi yang sejak lama membelit Bangka Belitung. Timah, yang semestinya menjadi anugerah, justru memunculkan paradoks: kekayaan alam melimpah, tetapi kesejahteraan masyarakat masih timpang.
Hangga menekankan, rekomendasi ini lahir dari keresahan masyarakat. “Kami ingin Babel menjadi tuan rumah di tanah sendiri. Jangan sampai masyarakat hanya jadi penonton, sementara keuntungan besar diraup segelintir mafia,” katanya.
Forum BBM menutup audiensi dengan menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak berhenti di meja pertemuan. “Kami akan terus mendorong agar tata kelola pertimahan berpihak kepada rakyat, negara, dan lingkungan. Tidak ada kompromi dengan praktik mafia,” tegas Hangga.
Pertarungan Kedaulatan
Meski dialog usai dengan suasana hangat, pesan Forum BBM terdengar jelas: Babel tidak boleh lagi menjadi ladang eksploitasi tanpa kendali. Pertimahan harus menjadi simbol kedaulatan, bukan arena bancakan.
“Negara tidak boleh kalah dari mafia tambang,” ulang Tanwin menutup pertemuan.
Audiensi ini mungkin hanya satu langkah kecil, tetapi di baliknya terhampar pertarungan besar: perebutan kendali atas timah, sumber daya strategis yang menentukan wajah ekonomi dan kedaulatan Indonesia di panggung global.